
Suatu ketika saat kami pulang bersama, ia terus berkeluh. Tentang orang – orang yang tidak lagi peduli dengan lingkungannya, orang tua yang tidak peduli lagi dengan anaknya, wakil rakyat yang diupah oleh rakyat namun mulai lupa diri, dosen yang mulai cuek dengan mahasiswanya karena sibuk dengan berbagai proyek, sampai pada ketidak pedulian kawan – kawan lain dikampus terhadap komitmennya (cieee….).
Ketidak pedulian itu sendiri muncul ketika mulai bermasa bodoh dengan apa yang ada di sekeliling kita, mulai menutup mata dan telinga. Sehingga akan selalu membawa kita pada sebuah frame yang mungkin indah tetapi tak bermakna apa-apa.
Kali ini kubiarkan ia terus berceloteh ……..
Ketidakpedulian itu mungkin karena semua orang mulai terbiasa dengan suatu kondisi yang sebenarnya tidak biasa. Sudah merasa nyaman atau mungkin dinyaman-nyamankan saja sehingga tinggal memikirkan bagaimana cara untuk tetap survive atau tetap eksis. Hanya tinggal memikirkan diri sendiri saja. Atau mungkin ketidakpedulian ini hanya sebuah bagian dari fluktuasi ketika kita sudah mulai kehilangan asa untuk suatu harap yang tidak juga tercapai.
Namun apapun yang terjadi satu hal yang lebih membuatnya resah karena ternyata ia pun sudah mulai masuk kedalam ketidakpedulian itu. Sampai akhirnya kami sampai ditujuan aku hanya bisa meyakinkannya bahwa setidaknya itu lebih baik karena ia sudah tahu kalau ia sudah mulai tidak peduli. Sembari terus bertanya – tanya apakah aku juga sudah mulai tidak peduli lagi.
*buat kawanku..terima kasih sudah membuatku menulis lagi...
No comments:
Post a Comment