12 May 2014

Cooking is Art


Majalah SEDAP edisi Mei 2014 akhirnya sampai juga di rumah sore ini.
Bapak bilang : “Berhenti mi langganan majalah masak-masak Fi, na ndak pernah ji dipraktekkan!!”
Saya bilang : “ Hmm… Jangan mi Pak, biar mi saja. Investasi ini nah Pak. Kelak, suatu saat, pasti akan sangat berguna (sambil kedip-kedip mata, senyum simpul ).”
Dan percakapan ini berakhir dengan senyum dikulum Bapak.


Hehehe, betul kata Bapak. Majalah ini memang hanya saya beli, lihat-lihat dan kemudian disimpan. Paling saya buka-buka lagi dimalam Sabtu atau di hari Minggu. Melihat-lihat masakan baru apa yang kira-kira bisa dipraktekkan pada saat weekend. Selanjutnya saya akan tertidur, dan keesokan harinya bangun, melaksakanan aktifitas rutin. Bersih-bersih, mencuci, membantu ibu memasak. Dan resep-resep baru, dari majalah Sedap terbaru, akhirnya terlupa.

Tapi saya tetap suka menunggu majalah ini datang. Tetap suka membaca majalah ini. Berbeda dengan buku atau majalah yang biasa saya baca, majalah ini lebih banyak gambar daripada tulisan. Dan memang benar, apa yang divisualkan lewat gambar atau bentuk akan lebih dipahami. Saya bahkan bisa merasakan bagaimana kira-kira rasa masakan, atau baunya dengan melihat gambarnya *gubrak.

Nah, saya akan membagi sedikit tips untuk membaca majalah ini. Pertama, buka halaman satu persatu. Pada langkah ini, cukup hanya melihat gambarnya saja. Perlahan-lahan. Dan ingat hanya melihat gambar saja. Dari awal sampai akhir.




Langkah kedua, membuka daftar isi. Dari daftar isi, mulai tahu menu-menu dan kelompok informasi yang disajikan oleh majalah. Setelah itu saya akan mulai membuka halaman-halaman info atau artikel seputar makanan, masakan dan kesehatan. Dan yang terakhir baru saya akan membaca resep-resep yang ada. Tidak jarang resep yang ada sebenarnya resep harian di dapur ibu. Hanya saja ada sedikit improvisasi baik dari bahan atau bumbu.
Ya seperti itulah memasak. Saya selalu menyebutnya seni. Cooking is art.



10 May 2014

Puding Coklat



Jenis dessert yang satu ini memang teopebegete. Persentase kegagalannya saat mempraktekkannya mencapai nol persen sekalipun dilakukan oleh seorang pemula. Hehehe. Dan memang slalu favorit. Pertama kali dikenalkan oleh bu Mariani Mansyur, akhirnya jadi salah satu menu dessert andalan. Puding coklatnya brasa coklat pake bingitsss, makin lumer dimulut bersama saus/flanya. 
Sejak saya masih SMU puding memang salah satu masakan yang paling praktiks dibuat. Pas awal-awal senang mencoba masak dengan teman-teman SMU, aneka macam puding slalu jadi sasaran uji coba. Tapi yang istimewa dari puding coklat ini karena racikan flanya yang pas. Rahasianya, pake tepung custard (biasanya disebut tepung hercules). Mumpung weekend, saatnya untuk dipraktekkan. Mudah kok. Sekali campur, satu dua loyang puding bisa jadi. Hehehe...

Bahan puding :
  • 2 bks Agar-agar putih
  • 2 block coklat batang
  • 1000 ml susu ultra putih
  • 200 ml air
  • 50 gr coklat bubuk
  • 250 gr gula pasir
  • 1/2 sendok teh garam
Bahan Fla:
  • 600 ml susu ultra putih + susu F&N
  • 30 gr tepung custard
  • 120 gr gula pasir
Campur semua bahan puding, masak sampai mendidih. Tuang diloyang.
Campur semua bahan fla, masak sampai medidih. Dinginkan.
Sederhana bukan???

Selamat menikmati.. Eh, Slamat mencoba membuat dulu baru menikmati.

01 April 2014

Perjalanan


"Perjalanan, dilakukan untuk mendapatkan pemahaman hidup yang lebih baik"
Dan dalam setiap perjalanan, saya selalu mengingat pesan ini.

Anggap saja ini adalah hadiah kecil untuk saya. Mencapai angka 29, walaupun mungkin agak terlambat. Hadiah dari saya, untuk saya. Sebuah perjalanan sederhana. Dan kesanalah saya tertuju. Balikpapan.
Sebenarnya tidak banyak informasi awal yang saya ketahui tentang Balikpapan. Hanya ada dua. Fakta bahwa Balikpapan bukan ibukota Kalimatan Timur. Dan fakta bahwa disana ada Odhani. Sahabat saya sejak jaman kuliah (*ngaku2).
Sudah lama saya rencanakan, akhirnya bisa sampai juga. Tujuan saya pun sebenarnya tidak muluk. Sungguh. Saya hanya ingin rehat sejenak. Berhenti dari rutinitas kantor, rumah dan hal-hal rutin lainnya. Bisa melihat-lihat tempat baru, bertemu orang-orang baru.
Beruntung saya datang setelah peresmian bandara baru. Itung-itung menikmati hasil pembangunan dan saya cukup terkagum2 melihat Bandara International Sepinggan yang baru.
Kedatangan pertama saya disambut dengan gambar-gambar raksasa khas Kalimantan. Saya terpukau, ala2 anak kampung yang baru ke kota, jepret sana-jepret sini. 


Sebagai kuliner pembuka Odhan membawa saya menikmati Soto Banjar Kuin Abduh yang katanya favorit. Pas betul, hidangan ini memang paling cuocok sebagai pengisi perut setelah hampir 2 jam terkatung-katung di bandara karena pesawat delay. Dan malam ini saya sudah cukup puas dengan dengan melihat-lihat suasana malam dikota Balikpapan.
Ternyata Odhan sudah siap dengan berbagai rencananya. Kemana tempat yang akan dikunjungi, kapan waktunya. Tak ada masalah sedikitpun buat saya. Saya memang tak punya tujuan apa-apa disini. Hanya ingin rehat sejenak dari semua aktifitas. Tidur seharian dirumahpun tak jadi masalah.
Balikpapan bukanlah ibukota. Pun tak seramai Makassar. Tapi disini tata kota masih cukup teratur.  Dan hal yang paling menyenangkan adalah disini ada banyak pantai yang bisa dikunjungi. Ahhh... betapa tergila-gilanya saya dengan pantai.
Dua hari selanjutnya kami habiskan dengan mengunjungi Pasar Sayur, Cafe & Resto Kilang Minyak, lari pagi di Lapangan Merdeka Balikpapan, dan Oceans Resto.






Disini saya juga bertemu dengan Nana Pranasari, salah satu teman seperjuangan Coops kemarin. Seharian bersama Nana saya menemukan banyak fakta. Banyak hal yang tidak saya ketahui sebelumnya. Ah, Nana.... If only I can turn back the time, I can.... *opssss
#Case close yaaaaa Naaaa#….
Dan hari terakhir ditutup dengan menikmati masakan kepiting di Rumah Makan Kenari.
Ah, Odhan, Balikpapan ini kota saya. Sungguh saya jatuh.

02 February 2014

Nice Weekend

Sejak memasuki 2014 ini saya punya satu resolusi baru. Mulai berhenti membuat plan-plan atas mimpi2 dan cita2 saya. Saya tetap punya harapan, hanya saja saya sudah tidak ingin lagi membuatnya dalam rencana-rencana yang detail.
Seperti hari ini. Sepulang kantor, tanpa rencana sebelumnya, saya baru memasukkan baju2 dan keperluan lainnya untuk menghabiskan long weekend selama 3 hari ini di bajo. Desa kecil sejauh 7 km dari kota Belopa. Salah satu kabupaten yang baru di Sulawesi Selatan. Dari sinilah ibu saya berasal.

Terhitung sejak kepergian nenek setahun yang lalu, ini adalah kunjungan pertama saya. Sepulang kantor, nebeng mobil teman yang akan melaju ke makassar, tengah malam saya diturunkan di pingir jalan provinsi tepat di lampu merah kota Belopa. Disana sudah menunggu om saya yang akan mengantar ke rumah nenek. Sampai dirumah nenek saya memilih untuk tidur dikamar beliau. Tempat dimana nenek menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tak ada yang berubah dengan kamar ini. Masih dengan seprai yang sama, yang selalu digunakan nenek. Masih ada mukena, alquran dan sajadah yang selalu beliau kenakan. Masih dengan kasur kapuknya. Saya menyukai suasana kamar ini. Saya menyukai semua kenangan tentang nenek. Menyukai cerita perjuangan hidupnya.


Dan karena ini sebenarnya liburan yang tidak direncanakan, saya pun tidak berharap melakukan banyak aktifitas kali ini. Satu tujuan penting saya adalah berziarah ke makam kakek dan nenek. Berdoa dan menuntaskan rindu saya pada beliau.
Pagi-pagi sekali setelah sholat subuh saya mencoba menghubungi om yang lain. Ternyata beliau memang berencana bersama keluarganya untuk pergi ke salah satu pelabuhan laut disana. Melihat perahu penangkap ikan yang biasa disebut pa'bagang. Perahu besar yang gagah.


Makan siang dengan makanan khas palopo "kapurung". Tentang masakan yang satu ini tante saya juaranya. Kalau sudah mencoba kapurung buatannya saya jamin tidak ingin lagi makan kapurung ditempat yang lain. Sore harinya mengunjungi bendungan kampoeng baroe. Sepanjang jalan menuju bendungan ini, penduduk kampung nampak sangat sibuk berbenah. Dua minggu lagi konon kabarnya presiden SBY akan datang untuk meresmikan bendungan ini. Sebagai salah satu project di Sulawesi Selatan. Entah apa korelasi peresmian bendungan ini dengan mengatasi masalah banjir di Jakarta. Saya sendiri bingung. Hehehe.

Keesokan hari, pagi-pagi kami sudah sibuk. Kebetulan hari ini hari Sabtu, hari pasar. Artinya pasar akan sangat ramai sekali. Berbagai jualan akan digelar seharian ini. Di kampung ini hanya hari-hari tertentu pasar ramai. Hari ini juga tante saya ingin mengadakan acara keluarga kecil-kecilan. Menyiapkan berbagai macam hidangan untuk dimakan oleh orang yang sedang hamil. Ritual ini biasa disebut mandre pangideng. Seingat saya nenek tak pernah mengajarkan ini. Mendengar penjelasan om dan tante saya jadi paham kalau ini sebenarnya hanya lebih ke doa bersama. Agar ibu dan anak senantiasa diberi keselamatan. Yeahh.. buat saya berbagai macam makanan yang tersedia ini sudah cukup membuat saya senang.

Keesokan harinya, ahad, hari saat untuk kembali ke rumah. Tentunya setelah menuntaskan tujuan utama saya kesini, berziarah dan berdoa ke makam kakek dan nenek. Sampai bertemu lagi di pertemuan selanjutnya. Bersama Ibu dan Bapak yang sudah tiba sore kemarin dari Makassar, saya akan melanjutkan perjalanan pulang kembali ke sorowako. Tak lupa menyinggahi pasar sentral Palopo dan hypermart yang baru dibuka disana. Biasalah, orang kampung yang kebetulan lewat di kota.




Simple and nice weekend...
Perjalanan ini kembali mengajarkan saya untuk tahu diri bahwa saya tak hidup sendiri...

05 January 2014

Berbenah


Hari minggu pagi ini mendadak rumah mulai bernyawa lagi. Saya yang masih bersembunyi dibalik selimut  dikagetkan dengan ketukan dan teriakan ibu. Sebenarnya tadi saya sudah sempat bangun. Merapikan beberapa bagian rumah yang berantakan, menyapu ruang tengah. Sambil menunggu ibu yang hari ini akan tiba dari Makassar setelah berlibur hampir 2 minggu. Namun rasa kantuk dan cuaca mendung pagi ini membuat mata saya menjadi lumpuh layu. Melirik-lirik dan menarik-narik selimut. Sampai akhirnya dimenit kelima, mata saya benar-benar tertutup. Pulas.
Pintu terbuka dan saya melihat ibu sudah berdiri dengan dua box yang nampaknya tidak begitu berat. Senyummu itu IBU, benar-benar kurindukan. Setelah menuntaskan rindu, berbincang-bincang sambil membuka box yang ibu bawa, menceritakan semua kejadian dan aktifitas sejak ditinggal sendiri hampir 2 minggu ini, Ibu akhirnya mencetuskan ide brilyannya. ”Hmm.. bagaimana kalau kita merapikan lemari ini Fi”, seraya menunjuk ke lemari putih besar yang berada tepat berada dibelakangnya. Lemari besar yang berisi buku dan document 20 tahun terakhir ini. Semua buku-buku tulis dan buku cetak jaman saya dan adik saya SD  dan SMU. Kertas ulangan-ulangan, rangkuman pelajaran. Buku-buku kuliah Keperawatan bapak, ditambah majalah-majalah langganan selama beberapa tahun belakangan ini. ”Lemari ini akan kita tukar dengan lemari yang itu Fi ”, seraya menunjuk ke arah lemari hitam tua disisi lainnya.


Terbayang sudah betapa beratnya tugas saya dalam project kali ini. Ini berarti saya harus menyortir satu persatu barang-barang yang sebenarnya tidak ingin saya buang. Memilih-milih mana yang masih harus saya simpan, mana yang sudah harus dibuang. Tapi lama-lama kegiatan berbenah ini akhirnya menjadi aktifitas yang menyenangkan. Karena semua kenangan masa lalu kembali hadir. Membuat saya tersenyum dan tertawa-tawa sendiri.
Saya bahkan menemukan beberapa barang-barang yang tidak saya duga-duga. Mulai dari surat-surat korespondensi sahabat pena jaman saya SD dulu. Koleksi kertas dan amplop surat dengan gambar kartun yang lucu-lucu. Tulisan-tulisan mading yang belum sempat dipajang. Berbagai jenis koleksi artikel-artikel koran. Dulu ternyata saya seorang maniak artikel koran. Saya memiliki hampir semua artikel saat kematian tragis lady Diana. Semua artikel pemain bulutangkis. Pin up – pin up majalah Kawanku. Semua masih tersimpan rapi dalam map-map nya masing-masing. Saya sungguh bingung mana yang masih harus saya simpan dan mana yang sudah harus di buang.
Saya terpaksa menarik nafas panjang setiap kali harus memasukkan semua barang-barang itu ke dalam kantong plastik sampah besar yang sudah disiapkan ibu.
 




 
Tepat pukul 16.00, akhirnya kegiatan berbenah ini selesai. Lemari sudah berpindah begitupun dengan isinya. Lemari buku-buku yang penuh sejarah telah diduduki dengan angkuhnya oleh tupperware-tupperware Ibu. Dan saya pun akhirnya bingung sendiri saat masuk kedalam kamar. Kamar saya yang menjadi berantakan. Diam-diam tadi saya memasukkan beberapa buku, barang dan document yang sebenarnya tidak berguna lagi tapi sayang untuk saya buang. Saya pernah melalui sebagian dari bagian hidup saya dengan barang-barang itu. Saya memiliki banyak hal yang layak untuk selalu saya kenang dengan barang-barang itu. Dan saya pikir, sedikit banyak, saya yang sekarang tidak lepas dari saya yang dahulu dengan semua barang-barang itu.

Ya... Masa lalu memang selalu aktual, tapi....
Berbenah... It's the important thing to do...