Majalah SEDAP edisi Mei 2014 akhirnya sampai juga di rumah sore ini.
Bapak
bilang : “Berhenti mi langganan majalah masak-masak Fi, na ndak pernah ji
dipraktekkan!!”
Saya
bilang : “ Hmm… Jangan mi Pak, biar mi saja. Investasi ini nah Pak. Kelak,
suatu saat, pasti akan sangat berguna (sambil kedip-kedip mata, senyum simpul ).”
Dan
percakapan ini berakhir dengan senyum dikulum Bapak.
Hehehe,
betul kata Bapak. Majalah ini memang hanya saya beli, lihat-lihat dan kemudian
disimpan. Paling saya buka-buka lagi dimalam Sabtu atau di hari Minggu. Melihat-lihat
masakan baru apa yang kira-kira bisa dipraktekkan pada saat weekend. Selanjutnya
saya akan tertidur, dan keesokan harinya bangun, melaksakanan aktifitas rutin.
Bersih-bersih, mencuci, membantu ibu memasak. Dan resep-resep baru, dari
majalah Sedap terbaru, akhirnya terlupa.
Tapi
saya tetap suka menunggu majalah ini datang. Tetap suka membaca majalah ini. Berbeda dengan buku atau majalah yang
biasa saya baca, majalah ini lebih banyak gambar daripada tulisan. Dan memang
benar, apa yang divisualkan lewat gambar atau bentuk akan lebih dipahami. Saya
bahkan bisa merasakan bagaimana kira-kira rasa masakan, atau baunya dengan
melihat gambarnya *gubrak.
Nah,
saya akan membagi sedikit tips untuk membaca majalah ini. Pertama, buka halaman
satu persatu. Pada langkah ini, cukup hanya melihat gambarnya saja.
Perlahan-lahan. Dan ingat hanya melihat gambar saja. Dari awal sampai akhir.
Langkah
kedua, membuka daftar isi. Dari daftar isi, mulai tahu menu-menu dan kelompok
informasi yang disajikan oleh majalah. Setelah itu saya akan mulai membuka
halaman-halaman info atau artikel seputar makanan, masakan dan kesehatan. Dan
yang terakhir baru saya akan membaca resep-resep yang ada. Tidak jarang resep
yang ada sebenarnya resep harian di dapur ibu. Hanya saja ada sedikit improvisasi
baik dari bahan atau bumbu.
Ya
seperti itulah memasak. Saya selalu menyebutnya seni. Cooking is art.