06 February 2007

Hati – hati dengan Hati

Beginilah jadinya kalau menjadi orang yang selalu menggunakan hati. Sedikit - sedikit merasa sedih. Sedikit - sedikit kecewa. Terlalu menggunakan hati, begitulah mungkin aku. Yang akhirnya membuat aku merasa susah sendiri. Rasa memiliki yang terlalu besar.

Sebut saja seorang yang sudah cukup lama aku kenal. Sudah lama jalan bareng dan sudah cukup ”tahu”. Sampai – sampai aku berani menceritakan hal – hal yang bersifat close area padanya begitupun sebaliknya. Akhirnya diapun kukenalkan sebagai seorang teman, ya...teman...Hm...atau sahabat...ya...sahabat. Dia menjadi closemate buatku begitupun aku buatnya.

Sama seperti halnya yang lain di dunia ini, hubungan kami pun mengalami pasang surut. Aku mulai bertemu dengan orang lain begitupun dirinya. Namun kami masih tetap bisa tertawa bersama, bercerita dan melaksanakan hal – hal baru lainnya.

Sampai akhirnya dia sudah mulai menutup diri, walau tidak pernah benar-benar menjauh. Hal – hal yang dulunya biasa kami bagi ternyata lebih ingin dinikmatinya sendiri.
Dan yaaa...inilah aku. Seorang yang merasa ditinggalkan walaupun sebenarnya tidak pernah ditemui dan bukan siapa – siapa.

Kucoba untuk mulai menata hati. Menyadari bahwa bahagia bukan selalu merasakan semua hal yang terbaik, tetapi hanya berpikir bagaimana mencipta semua hal menjadi terbaik bagi mereka, yang berlalu dalam hidup kita.

Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak bernama.
Ditanganmu tergenggam kunci pintunya.
..............
Diruang kecil itu ada teras untuk tamu.
Hanya engkau yang berhak ada di dalam inti hatimu sendiri.

(Kunci Hati_DEE)

1 comment:

Anonymous said...

mugkin sang sahabat butuh hatita' tuk menenangkan hatinya yang galau.