Pada awalnya aku tidak berniat untuk pulang ke Sorowako. Toch ini adalah tahun keempatku di Makassar. Dan toch empat kali Idul Adha pun kulalui disini. Di Makasssar. Setiap Idul Adha memiliki kesan tersendiri buatku. Mulai dari idul adha yang kurayakan bersama keluarga om (paman_red) yang memang tinggal di Makassar. Idul Adha yang ku isi dengan mengisi kapuk-kapuk kedalam sarung bantal. Hari Idul Adha dimana aku harus kembali lagi sebelum sampai ke lapangan untuk sholat Id karena kehujanan. Sampai Idul Adha dimana aku tak pergi sholat Id di lapangan. Yang pasti setiap Idul Adha di Makassar ada dua hal yang terasa sangat berbeda bila dibandingkan saat merayakan dengan bapak ibu di kampung. Pertama, saat tetangga mengantarkan antarannya buat kami. Dan yang Kedua saat kami menerima daging kurban. Hehehe. Mungkin karena dipikirnya kami adalah para pejuang Fisabilillah, orang yang berjuang di jalan Allah, orang yang menuntut ilmu. Tak apalah.
Tapi mungkin karena Asria (adikku_red) memutuskan untuk pulang dan meninggalkanku. Atau mungkin karena suasana hatiku yang saat ini benar-benar tak enak. Merasa sepi. Mungkin karena ini memang libur yang cukup panjang. Atau mungkin karena beberapa kali telephon ibu yang selalu menanyakan mengapa aku tak pulang. Yang pasti H-1 Idul Adha aku baru merasakan bahwa aku ingin pulang. Benar-benar ingin. Sangat ingin. Pulang ke rumah. Tempat dimana aku dapat diterima dengan penuh. Menerimaku apa adanya. Tempat dimana aku bisa berlari dari semuanya.
Hal pertama yang aku lakukan tentunya memastikan bahwa masih ada bus akan berangkat ke Sorowako. Setelah telephon ke sana sini, ternyata jadwal keberangkatan bus dimajukan sekitar pukul 14.00. Sayangnya Mega Mas (bus langganan_red) semua sudah full. Penuh. Tak lagi bersisa untukkku. Ku coba menelphon ke Liman. Hasilnya tetap sama. Penuh. Tinggal Litha satu-satunya harapan. Namun berkali ku telephon tak ada yang angkat. Kuputuskan untuk segera berkemas. Memasukkan semua pakaian kotor ke dalam tas. Dan segera mandi. Aku masih tetap optimis aku akan pulang. Setelah mandi aku bahkan sempat tidur sejenak. Bunyi telephon membangunkanku. Dan artsal (kakakku_red) yang menyampaikan bahwa Litha pun tlah penuh. Hm... Ku tarik nafas panjang. Mencoba menahan air yang nampaknya akan jatuh dari mataku. Mungkin tidur bisa sedikit membantu. Segera masuk kamar. Menguncinya. Dan mulai memejamkan mata. Berharap saat bangun aku sudah berada di Sorowako, berkumpul bersama bapak dan ibu. OPTIMIS yang sangat tidak REALISTIS!!!
1 comment:
wahh, judulx salah al..harusx "ketinggalan MegaMas"..gubraks
Post a Comment