04 September 2008

MAJAS(sipa’)

Saat sekolah SD sampai SMU dulu, aku sangat senang dengan pelajaran bahasa Indonesia. Mungkin karena ini memang bahasa ibu. Maksudku bahasa yang telah diperkenalkan ibu sejak ku kecil (hehehe…). Atau mungkin karena pelajaran (teori) yang didapat dalam kelas dapat langsung dipraktekkan. Termasuk salah satu pelajaran yang langsung terasa manfaatnya. Kira-kira begitulah.

Dalam pelajaran bahasa Indonesiaku dulu diajarkan tentang gaya bahasa atau majas. Sampai SMU kemarin, ada sekitar 20an gaya bahasa yang sudah diperkenalkan. Tapi yang paling ingat ada tiga. Personifikasi, hiperbola dan repetisi. Ya lagi-lagi karena gaya bahasa ini yang lebih sering digunakan. Personifikasi itu gaya bahasa yang membuat benda mati seolah-olah hidup dan bernyawa. Biasanya digunakan oleh para pujangga untuk membuat puisi-puisi nan elok. Hiperbola itu….. Hm… Gaya bahasa yang digunakan untuk melebih-lebihkan suatu kejadian. Sedangkan majas repetisi itu bentuknya berupa pengulangan yang berfungsi untuk mempertegas sesuatu.

Nah…sekarang yang jadi masalah adalah… Ternyata menurut seseorang, gaya bahasa yang aku gunakan menimbulkan respon negatif. Jadi setiap ku berucap, sekalipun (menurutnya) aku tidak mengucapkan suatu keburukan (or apalah namanya) maka respon yang akan timbul adalah respon negatif. Nah lho….

Buatku ada peer baru lagi nih. Mungkin aku harus mencari orang ahli yang bisa mejelaskannya. Siapa tau aku bisa menjadi pencipta gaya bahasa yang baru.

Atau… mungkin saja sebenarnya tak ada masalah. Hanya saja gaya bicara yang suka berterus terang dan sesuai kenyataan yang mungkin mengganggu. Sebuah kebenaran yang sulit untuk diterima. Kejujuran memang terkadang pahit dan menyesakkan.

No comments: