Semua yang terjadi padaku belakangan ini memaksaku untuk membuka kembali buku ini. KEPUNDAN Sebuah Metamorfosis. Pertama kali kubaca saat seorang teman meminjamkan bukunya. Dan akhirnya kumiliki setelah iseng ke toko buku Papirus di Pintu I yang sedang diskon 50%. Buku yang sebenarnya telah berkali-kali kutamatkan. Cukup banyak tanda yang tertinggal. Mulai dari coretan pensil hingga warna pink stabilo.
……………………….
“Puncak dari pencarian manusia adalah ketiadaan,” kata lelaki muda. Perempuan muda dihadapannya menatapnya dengan sungguh-sungguh. Ia kembali teringat pencariannya selama ini atas pertanda Tuhan. Perlahan ia mengangguk.
“….dan pemurnian dari seluruh keinginan,” lanjut lelaki muda.
“Karena inti dari makrifat adalah ketiadaan. Puncak dari kesadaran manusia adalah ketiadaan, dan tingkat pencapaian itu akan diperoleh jika manusia telah mampu memurnikan keinginannya dengan membuang seluruh angan-angan, meniadakan keakuan, melupakan kesedihan, dan melepaskan kekhawatiran. Bukankah hal-hal tersebut yang kerap membuat hidup manusiamenjadi tidak tenteram?”
…….
“Tentunya kau tahu bahwa latifah adalah kehalusan atau kelembutan, kan?” tanya lelaki muda.
“Latifah yang pertama adalah cinta dunia dan senantiasa ragu, letaknya sekitar 2 jari dibawah puting susu sebelah kiri.”
“Latifah kedua adalah selalu merasa khawatir, rakus, tamak dan bakhil . letaknya 2 jari dibawah puting susu sebelah kanan. Latifah ketiga: pencemburu, kalap dan membunuh. 2 jari diatas puting susu sebelah kiri. Latifah keempat: iri, dengki, fitnah. 2 jari diatas puting susu kanan. Kelima: ujub atau mengangung-angungkan dirinya, riya, sombong dan merasa paling benar sendiri. Letaknya 3 jari diatas ulu hati. Keenam: panjang angan-angan. Letaknya di mata ketiga atau diantara kedua mata. Latifah ketujuh: masa bodoh. Letaknya 3 jari dibawah pusar. Ketujuh latifah tersebut adalah pintu hidayah.”
“Cinta dunia dan senantiasa ragu adalah penyakit yang ditimbulkan jika latifah yang pertama kita tidak terjaga….. Obatnya adalah cinta akhirat.”
“Penyakit yang muncul jika latifah kedua tak terjaga adalah selalu khawatir, rakus dan tamak. Obatnya adalah berkecukupan atau merasa cukup.”
“pencemburu, kalap, dan membunuh obatnya adalah sabar. Iri, dengki, fitnah, obatnya ikhlas. Ujub, sombong, mengangung-agungkan diri sendiri, merasa paling benar sendiri obatnya adalah rendah hati. Panjang angan-angan, obatnya adalah memikirkan yang perlu. Masa bodoh, obatnya mutmainah”
Pemurnian keinginan akan tercapai jika kita dapat senantiasa menjaga ketujuh latifah tersebut tetap latif, halus, lembut.
………..
“Lalu, apa sebenarnya yang kita lakukan di muka bumi ini, jika seluruh kejadian, sekecil apapun, adalah atas kehendak Tuhan?” kata perempuan bekas dokter.
Lelaki muda mengangkat bahu.
“senantiasa mencari ridha dan perkenan-Nya. Bukankah selama manusia menyimpan hawa nafsu maka ridha dan perkenan Tuhan akan jauh? Bukankah pemurnian keinginan adalah pekerjaan yang senantiasa harus dilakuka oleh setiap manusia setiap saat jika ingin meraih keselarasan kehendak dengan Tuhan? Membuang angan, meniadakan keakuan, melupakan kesedihan, melepas kekhawatiran, dan senantiasa menjaga tujuh latifah….. Wahai, bukankah ini adalah pekerjaan besar manusia di muka bumi ini?” kata lelaki muda.
………….
“Itulah, doa yang paling disukai Tuhan adalah doa memohon ampunan karena dengan meminta ampunan maka seseorang menjadi sadar atas fitrah semula dirinya, dan sejarah keterpisahan Manusia-Tuhan, dan sadar bahwa selama sejarah hidup manusia menghendaki penyatuan kembali tersebut, iblis akan senantiasa berada di sisi manusia.”
………
So, saatnya untuk bermetamorfosis. Metamorfosis yang sempurna. Meninggalkan masa lalu dan berubah menjadi lebih baik lagi.
2 comments:
Ketentuan Langit yaa.... Hmm...
mantap...
Post a Comment