Pada awalnya saya tidaklah begitu paham dengan apa yang sebenarnya terjadi disana. Informasi hanya saya peroleh dari si kotak ajaib yang yang selama dua hari menayangkannya dalam durasi tiga sampai empat menit. Hanya saja tulisan-tulisan di web salah seorang teman menambah lagi pengetahuan saya tentang apa yang terjadi disana. Tak ada sedikitpun keinginan untuk menelfon ibu bapak atau teman-teman yang ada disana untuk menanyakan kondisi sebenarnya. Karenanya saya pun takkan membicarakan perihal akuisisi yang terjadi antara dua raksasa besar itu yang katanya telah merugikan karyawannya sendiri. Orang-orang yang telah berpeluh keringat dengan ganjaran setumpuk rupiah yang diambil dari sebongkah dollar.
Ini bukanlah hal yang aneh. Ini nyata dan ada di Sorowako. Toh inipun bukanlah hal yang baru. Kalaupun ini yang terbesar itu berarti hukum pegas benar-benar berlaku. Ketika tekanan yang diberikan semakin besar maka daya pentalnya pun akan semakin besar. Takkan pernah ku salahkan orang-orang disana yang melakukan demonstrasi. Demonstrasi kali ini bukanlah hanya sekedar sebuah tuntutan. Ia hadir sebagai sebuah bentuk ekspresi jiwa yang tak pernah merdeka. Kerena ternyata kebebasan telah mengungkungnya. Kebebasan sang raksasa menantang nyali para prajurit. Bahkan takkan pernah lagi kusarankan agar mereka bersabar. Toch sabar bukanlah diam. Sabar adalah gerak.
Setiap orang akan selalu belajar dari pengalaman masa lalunya. Mulai dari masalah sengketa tanah dengan penduduk asli, perekrutan karyawan yang dinilai tidak fair, jurang kesenjangan yang sangat dalam masyarakat, masalah pemutusan hubungan kerja. Toh semuanya baru bisa diselesaikan diluar meja bundar. Inipun bukan hanya terjadi di Sorowako. Namun diberbagai tempat dimana sang raksasa yang lain dan sejenis bercokol.
Ini bukan hanya masalah uang coy. Ini masalah sebuah hak dan kewajiban, masalah kemerdekaan dan masalah sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab yang dulu diberikan Allah kepada gunung namun gunung meledak tak mampu menanggungnya. Dan manusia dengan angkuh dan sombongnya menerima tanggung jawab ini.
Ia-lah yang menjadikan kamu khalifah di atas bumi. Maka barang siapa yang ingkar, keingkarannya membalik kepada dirinya sendiri. Dan kekafiran mereka hanya menambah kebencian Tuhannya kepada orang yang kafir. Kekafiran mereka hanya menambah kerugian (mereka sendiri).
(Q.S. Faathir : 39)
Secanggih apapun konsep yang disodorkan. Sesering apapun dialog dilakukan jika ketamakan dan kerakusan masih ada dalam diri manusia. Siapapun itu. Maka semuanya takkan pernah bisa terpuaskan.
1 comment:
kritis abiz mbaknya.... :)
salam kenal
Post a Comment