18 November 2011

Selamat Berbahagia

Hari ini hari spesial. Aku bahkan mengkhususkan hari ini untukmu. Meliburkan diri dari rutinitas kantor yang menjemukan. Membaur dalam sorak-sorai dan hingar-bingar kebahagianmu. Aku datang. Ditemani segunung doa dan harapan, bahwa digerbang baru ini kau akan selalu bahagia. Happy. Harus dan pasti. Bahagia yang akan kau tularkan pada semua orang yang ada disekitarmu. Pada ibu, adik, suami dan anak-anakmu. Dan kaupun slalu tersenyum. Senyum yang dapat kurasakan getarannya. Getaran kebahagiaan. Sekali lagi buatmu kuucapkan selamat berbahagia. Jadilah istri yang HEBAT, bukan hanya dimata suamimu, tapi dimata Pencipta suamimu, dimataNya yang telah meniupkan kasih sayang diantara kalian berdua.

Momen ini membawaku pada sebuah pesan. Pesan singkat yang entah mengapa dikirim kepadaku oleh seorang kawanku yang telah memasuki gerbang kebahagian ini lebih dulu :


”Mengapa orang menikah? Karena mereka jatuh cinta. Mengapa rumah tangganya kemudian bahagia? Apakah karena jatuh cinta? Bukan. Tapi karena mereka terus membangun cinta. Jatuh cinta itu gampang, 10 menit juga bisa. Tapi bangun cinta itu susah sekali, perlu waktu seumur hidup. Mengapa jatuh cinta gampang? Karena saat itu kita buta, bisu, tuli terhadap keburukan pasangan kita. Tapi saat memasuki pernikahan, tak ada yang bisa ditutupi lagi. Dengan interaksi 24jam per hari, 7 hari dalam seminggu, semua belang tersingkap. Disinilah letak perbedaan jatuh cinta dan bangun cinta. Jatuh cinta dalam keadaan menyukai. Namun bangun cinta diperlukan dalam keadaan jengkel. Dalam keadaan jengkel, cinta bukan lagi berwujud pelukan, melainkan bentuk itikad baik memahami konflik dan bersama-sama solusi yang dapat diterima semua pihak. Cinta yang dewasa tak menyimpan uneg-uneg, walau ada beberapa hal peka untuk bisa diungkapkan seperti masalah keuangan, orang tua dan keluarga atau masalah sex. Namun sepeka apapun masalah itu perlu dibicarakan agar kejengkelan tak berlarut. Syarat untuk keberhasilan pembicaraan adalah kita bisa saling memperhitungkan perasaan. Jika suami istri saling memperhatikan perasaan sendiri, mereka akan saling melukai. Jika dibiarkan berlarut mereka bisa saling memusuhi dan rumah tangga sudah berubah bukan surga lagi tapi neraka. ”


Pesan ini kuteruskan lagi padamu. Semoga berguna. Dan kelak kau pasti akan mengirimkannya kembali kepadaku. Suatu saat nanti. Amin.

2 comments:

Syam Matahari said...

Wowwww... nice :)
Nanti kalo saya nikah dikadoi tulisan manis juga yah :)

alfia said...

insya Allah say...ditunggu undangan merah mudanya...:)