04 March 2013

Paradoks (Sebuah Hadiah)

Ulang tahun sebenarnya bukanlah yang hal istimewa bagi saya. Kadang terlupa dan baru ingat setelah mendapat ucapan selamat dari teman-teman. Pun sama halnya dengan 06 Februari kemarin. Walaupun sebenarnya jujur saya menunggu-nunggu puisi yang selalu dikirimkan oleh seorang sahabat saya, Syam Matahari, disetiap tanggal 06 Februari. Tak apalah, tahun ini absen dulu.
Tak ada kado, tak ada cake birthday. Namun saya memutuskan untuk memberikan hadiah kepada diri saya sendiri. Pun hadiah ini tidak saya dapat tepat di hari ulang tahun ini. Sebuah jam tangan Casio jaman baheula dan HP Samsung E1195. Hadiah ini sederhana, sangat sederhana. Tapi saya suka.
Banyak hal yang menjadi resolusi baru saya. Termasuk untuk belajar tidak membatasi mimpi saya. Pun dengan keadaan saya yang sebenarnya terbatas. Saya sungguh sangat beruntung bisa menjalani semua kehidupan saya selama 28 tahun ini. Saya bahagia. Dan saya sangat bersyukur untuk itu semua.
Namun satu hal besar yang menjadi PeeR yang harus segera saya kerjakan adalah belajar untuk membuang semua hal-hal yang tidak penting dan tidak berguna lagi. Saya adalah seorang KEEPER. Saya bahkan masih menyimpan semua buku-buku tulis sewaktu SD. Masih menyimpan kertas amplop surat yang saya beli sejak SD, termasuk ulangan-ulungan saat masih sekolah dulu. Pun masih menyimpan email-email dan sms-sms dari orang-orang yang saya anggap penting dalam hidup saya. Bahkan inbox sms di hape saya sudah mencapai 4000 sms. Sampai-sampai untuk membuka sms saya perlu waktu beberapa detik. Dulu saya sangat senang untuk membaca sms-sms lama itu. Sekarang, tidak lagi. 
Kadang saat berberes saya mulai mengumpulkan semua barang-barang yang saya anggap sudah harus saya buang, sudah memenuhkan ruang-ruang dikamar saya. Namun selalu saja berakhir didalam satu karton besar, dan lagi-lagi saya tidak tega untuk membuangnya.
Bulan ini, demi satu resolusi saya yang sangat penting harus saya lakukan. Belajar untuk MELUPAKAN. Melupakan hal-hal yang seharusnya memang dilupakan. Tidak perlu menganggap penting kenangan. Kenangan  biarlah tetap menjadi kenangan. Didalam hati, di dalam pikiran. Tidak perlu menciptakan moment untuk suatu kenangan.




Handphone berwarna merah seharga Rp. 285.000 yang sengaja saya titip pada sahabat saya yang main ke Makassar ini menjadi hadiah yang sangat berharga buat saya saat ini.. Saya suka dengan HP ini sejak pertama kali melihatnya. Saya hanya memindahkan beberapa nomor yang saya anggap penting dari handphone lama saya. Lalu, simsalabim. Semua SMS, Video, dan gambar di handphone lama sayapun terdelete. Habis tak bersisa. Saya menghapus semuanya dengan senyum yang paling manis yang saya punya. Ternyata tidak susah. Tidak sesulit yang saya pikirkan.
Dan jam tangan ini, Casio model jaman dulu yang setelah saya searching di internet stocknya masih tersedia. Harganya pun terjangkau. Senangnya saya. Ternyata hal- hal yang dulu pun tetap slalu ada disekitar saya. Paradoks. 

 
Saatnya bersih-bersih. Buang yang tidak perlu. Karena hati bukan tempat sampah. 
*mengutip bijak kata sahabat saya*

1 comment:

SYM said...

Cuit cuit, celamat ulang taun al :)
Tidak ada puisi? Yah wajar, sudah setahun lebih saya tidak lagi menulis puisi. saya lupa cara menulis puisi. hihi...

Tidak ada tulisan yang menyentuh? Yah, itu juga.. ko taulah saat ini saya tidak lagi begitu suka bermain2 dengan hati kelewat dalam. but i still love you, u are ma best friend...

Kita ada, kemudian didekatkan untuk saling menguatkan ;)