17 November 2013

Saya menyebutnya : Lapang ditempat yang sempit...

#Saat menulis cerita ini saya sungguh benar-benar dalam keadaan hati yang sangat lapang, meskipun tubuh saya merasakan kesempitan yang sangat#

Pagi-pagi handphone saya sudah berbunyi. Dari seberang terdengar suara ibu yang berhalo-halo membangunkan saya. Sinyal yang tidak bersahabat, ditambah dengan mata saya yang masih sangat mengantuk akibat susah tidur semalam, membuat saya lupa bagaimana akhirnya percakapan dengan ibu pagi ini. Yang saya ingat terkahir kali suara teriakan ibu yang menyuruh saya segera bangun.*anaknakal*
Dan seperti inilah akhirnya hari saya dimulai. Bangun terburu-buru karena harus mengejar kelas di pukul 08.30. Mandi terburu-buru  dan bergegas hingga akhirnya kaki saya tidak sengaja menginjak peniti yang tergeletak dilantai. Huff... lumayan sakit dan berdarah karena ukuran peniti yang lumayan besar. Alhasil sampai dikampus saya lupa membawa laptop dan flash disc sebagai dua senjata yang dipersyaratkan dipertemuan ini. Kenapa saya justru membawa kalkulator yang tidak dibutuhkan sama sekali.


Siang hari, ketika tiba saatnya untuk kembali ke kampung, dan adik saya mengantar saya ke terminal, saya terjatuh. Terjatuh dari motor. Walaupun tidak begitu menyakitkan, karena saya jatuh dari motor yang berhenti, namun kejadian itu berhasil menarik perhatian beberapa orang disekitar saya. Ada yang refleks ingin menolong, ada juga yang refleks tersenyum-senyum kecil. *Buahahaha*
Dan kisah ini akhirnya ditutup dengan indah saat saya naik ke atas bus dan siap-siap duduk ditempat yang telah saya pesan. Setiap kali melakukan perjalanan ini, saya selalu memilih tempat duduk didekat jendela. Selain bisa melihat pemandangan, duduk didekat jendela juga buat saya lebih nyaman. Karena saya bisa tidur dengan nyenyak, bersandar di dinding dengan aman. Sayangnya, saat itu di tempat saya telah duduk manis seorang ibu. Yang ketika saya tanyakan dan meminta agar bisa duduk ditempat saya, sang ibu dengan santainya menjawab kalau saya duduk saja disebelahnya, ditempat yang kosong. Dengan alasan duduk dekat jendela atau tidak, menurutnya sama saja. Sampai disini, saya tidak patah semangat, berusaha menjelaskan kalau tempat itu sudah saya pesan jauh-jauh hari, berharap bisa beristirahat cukup karena paginya sudah harus mulai bekerja. Namun semuanya sia-sia. Sang Ibu tetap kekeh duduk ditempat itu. Ya, sudahlah. Saya akhirnya memilih untuk duduk saja. Memakai kaos kaki, jaket, selimut dan headset. Membayangkan perjalanan 12 jam dengan kondisi seperti ini sebenarnya ngeri juga. Lebih tepatnya menyedihkan. Tapi tak apalah. Inilah hidup. Inilah perjalanan. Tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Bahkan sesuatu yang sudah menjadi hak kita sekalipun. 
Sebelum perjalanan yang panjang ini dimulai saya segera menelphon ibu. Menanyakan kabarnya seharian ini. Mendengar tawanya sungguh menentramkan hati. Mendadak saya rindu. Ibu, jemput saya subuh nanti dengan senyum.... Pleaseee!!!
Mendadak kursi saya terasa lapang. Ya, saya menyebutnya : lapang ditempat yang sempit...

No comments: